Sabtu, 06 Maret 2010

Gua Siluman

Pesanggrahan Gua Siluman Yang Misterius

  • Gua Siluman (2)

Tak banyak yang mengenal Pesanggrahan Gua Siluman. Maklum, pesanggrahan yang dibangun oleh Hamengku Buwono II ini memang tidak setenar Istana Air Taman Sari. Tapi, di balik ketidakpopulerannya, pesanggrahan ini sebenarnya pernah berfungsi penting bagi kalangan Kraton Yogyakarta, sebagai tempat bertapa. Bersama Pesanggrahan Warungboto, tempat ini disebut dalam salah satu tembang macapat yang berkisah tentang kemajuan yang diraih selama pemerintahan Hamengku Buwono II di Yogyakarta.

Pesanggrahan Gua Siluman terletak di wilayah Wonocatur, Sleman, tepatnya di jalan yang menghubungkan Ring Road Timur Yogyakarta dengan wilayah Berbah, Bantul. Anda yang ingin berkunjung bisa melewati Jalan Raya Janti sampai perempatan Blok O, kemudian berbelok ke kanan. Setelah menemukan papan penunjuk ke arah Berbah, anda tinggal berbelok ke kiri. Pesanggrahan terletak persis di pinggi jalan, ditandai adanya tembok tinggi setebal 75 cm yang warnanya sudah mulai menghitam.

Areal pesanggrahan mencakup wilayah kanan dan kiri jalan. Mungkin sedikit mengherankan, tapi itu benar. Apakah ada bagian bangunan yang terpotong dengan keberadaan jalan? Ternyata tidak. YogYES memastikannya dengan melihat bagian bangunan di kiri jalan yang merupakan pintu gerbang masuk pesanggrahan ini. Pintu itu bersambungan dengan lorong menuju areal bangunan yang berada di kanan jalan. Artinya, lorong yang menghubungkan kompleks di kanan dan kiri jalan itu berada di persis di bawah jalan raya menuju Berbah itu.

Pada bangunan pintu gerbang itu, kami menjumpai relief burung Beri di bagian atasnya. Bentuknya yang unik masih dapat dilihat jelas meski beberapa bagian sudah mengalami kerusakan karena dimakan usia. Sementara pada bagian bawah pintu, terdapat beberapa anak tangga yang menghubungkan bagian luar dengan lorong. Bila masuk lebih ke dalam, akan dijumpai lagi sebuah pintu yang bagian atasnya berbentuk lengkung, mungkin berfungsi sebagai penanda sudah memasuki lorong.

YogYES sebenarnya ingin menelusuri lorong, namun kami urungkan dan lebih memilih menyeberang jalan. Selanjutnya, kami menuruni bangunan yang berada di kanan jalan dan menemunkan sebuah pintu yang berbentuk persegi. Pintu itu merupakan tembusan dari lorong yang menghubungkan bagian kanan dan kiri jalan. Tak seperti pintu utara yang dihiasi dengan relief burung Beri, pintu selatan ini sederhana, tanpa hiasan apa pun.

Lewat pintu selatan itulah, YogYES bisa mengintip bagian pesanggrahan yang lain. Terdapat bangunan yang memanjang ke timur, bersambungan langsung dengan lorong. Bangunan tersebut terbagi menjadi beberapa ruang yang masing-masing juga dihubungkan dengan sebuah pintu. Tak jauh dari pintu yang menghubungkan ke ruangan paling timur, terdapat sebuah sekat yang dihiasi ornamen-ornamen indah serupa motif kain batik. Sementara, di ruangan paling timur sendiri terdapat kolam segi empat yang hingga kini masih terisi air.

Seperti banyak pesanggrahan pada masa awal Kraton Yogyakarta, Gua Siluman juga memiliki areal taman dan kolam. Saat ini, di areal taman itu ditanam beragam tanaman hias sehingga areal ini tampak hijau. Tanaman hias itu tumbuh di pinggir dua buah kolam segi empat yang juga merupakan bagian dari bangunan pesanggrahan. Bagian pinggir dan dasar kedua kolam itu sebenarnya terbuat dari plesteran yang cukup bagus, namun sayang tak bisa dilihat karena airnya tak begitu bening.

Berkeliling ke sisi barat daya, terdapat satu buah kolam air lagi yang berbentuk lingkaran. Kolam itu dihiasi dengan arca burung Beri dengan paruhnya yang menonjol. Bentuknya sangat unik, terutama karena paruhnya sekaligus berfungsi sebagai pancuran air. Kolam serupa sebenarnya juga terdapat di sebelah tenggara, namun arcanya sudah mengalami kerusakan dan kolamnya mulai terpendam tanah.

Hingga saat ini, beragam aktivitas kalangan Kraton selain semedi yang dilakukan di Pesanggrahan Gua Siluman belum bisa terjawab, termasuk siapa saja yang pernah bersemedi di tempat ini. Hal lain yang masih jadi misteri adalah nama bangunannya sendiri. Tembang macapat yang memuat pendirian bangunan ini mengatakan nama bangunan adalah Gua Seluman, namun papan nama yang ada di kompleks bangunan sekarang menyebut nama bangunannya Gua Siluman. Apakah Seluman dan Siluman berarti sama?

Dahulu, banyak orang menganggap bangunan ini angker sehingga tak sembarangan orang bisa memasukinya. Namun kini anggapan itu sudah tak ada sebab beberapa orang bahkan menggunakan areal pesanggrahan untuk tempat ngobrol. Jadi, anda bisa mengunjungi salah satu situs bersejarah ini tanpa merasa takut.

Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Photo & Artistik: Agung Sulistiono Mabruron
Copyright © 2007 YogYES.COM

Sumber: www.yogyes.com

Sendang Sono

Sendang Sono, Lourdes-nya Indonesia

  • Sendang Sono (3)

Sendang Sono bisa dijangkau setelah melewati jalan berliku di kaki bukit Menoreh. Anda bisa memilih dua jalur jika ingin menjangkaunya dari pusat kota Yogyakarta, melewati Jalan Godean hingga Sentolo kemudian belok ke kanan, atau melewati Jalan Magelang hingga pertigaan Pasar Muntilan kemudian belok ke kiri. Jaraknya sekitar 45 kilometer, atau satu jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

  • Sendang Sono (4)

Sebuah pintu dengan dinding samping terbuat dari batu akan mengantar anda masuk ke kompleks ziarah yang luas, terbagi atas kapel-kapel kecil, lokasi Jalan Salib, Gua Maria, pendopo, sungai dan tempat penjualan perlengkapan ibadah. Udara sejuk akan menyapa anda begitu memasuki kompleks ziarah, tak heran sebab kompleks ini ditumbuhi banyak pepohonan.

  • Sendang Sono (5)

Sendang Sono dinamai berdasarkan letaknya. Sendang berarti mata air, sementara Sono berarti pohon sono, sehingga nama itu menunjukkan bahwa sendang ini terletak di bawah pohon sono. Sendang beserta pohon sono dapat dijumpai dengan berbelok ke kanan dari pintu masuk, sayangnya anda tak bisa melihat sendang dengan leluasa karena bilik sendang kini ditutup dengan kotak kaca.

  • Sendang Sono (6)

Sebelum tahun 1904, sendang ini lebih dikenal dengan nama Sendang Semagung, berfungsi sebagai persinggahan para bhikku yang ingin menuju daerah Boro, wilayah sebelah selatan Sendang Sono. Namun, sejak 20 Mei 1904 atau kedatangan Pastur Van Lith dan pembaptisan 173 warga Kalibawang menggunakan air sendang, tempat ini mulai berubah fungsi sebagai tempat ziarah umat Katholik.

  • Sendang Sono (7)

Memasuki kapel utama di kompleks ziarah ini, anda bisa mengenang peristiwa pembaptisan yang terjadi 102 tahun lampau itu, sebab di kapel itu terdapat sebuah relief yang menggambarkan prosesi pembaptisan. Sementara memasuki Kapel bunda Maria dan Kapel Para Rasul, anda akan mengingat perjuangan Bunda Maria dan 12 rasul pertama Kristus.

  • Sendang Sono (8)

Jika ingin mengenang perjuangan salah satu warga penggerak komunitas Katholik Sendang Sono, anda bisa menuju ke pemakaman di dekat Kapel bunda Maria. Di sana, anda akan menemukan makam Barnabas Sarikromo, sahabat baik Pastur Van Lith yang juga menjadi salah satu warga yang dibaptis pada tahun 1904 dan ditetapkan sebagai katekis pertama di daerah tersebut.

Sarikromo yang dilahirkan pada tahun 1874 bisa dikatakan seorang yang menerima rahmat karena senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan. Ketika muda, ia menderita sakit kaki yang sulit disembuhkan. Dalam doa dan janjinya untuk mengabdikan diri pada Tuhan jika kakinya disembuhkan, ia bertemu dengan Pastur Van Lith yang kemudian membantu pengobatannya ke seorang bruder hingga sembuh.

Jalan salib pendek bisa menjadi pilihan ibadah untuk mengenang kesengsaraan Kristus memanggul kayu Salib. Di setiap pemberhentian jalan salib itu, anda bisa menyalakan lilin sekaligus berdoa dan mengingat peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan Kristus menuju Bukit Golgota, seperti saat kristus jatuh dua kali saat memanggul kayu salib, saat Veronica mengusap wajah Kristus dengan sapu tangannya hingga saat akhir menjelang kematian Kristus.

Berdoa di depan Gua Maria yang terletak di belakang pohon sono juga bisa menjadi pilihan untuk mencari ketenangan batin. Banyak orang memanjatkan doa dengan bersimpuh dan menyalakan lilin di depan gua ini. Anda bahkan bisa menuliskan permohonan atau curahan hati anda dalam secarik kertas, lalu memasukkannya dalam pot tempat pembakaran surat agar Tuhan menerimanya. Asal tahu, patung Bunda Maria yang ada di kompleks ini didatangkan khusus dari Spanyol.

Selain menenangkan diri dan berdoa, anda juga bisa menikmati keindahan arsitektur kompleks yang dirancang oleh Y.B Mangunwijaya Pr dan meraih Aga Khan Awards ini. Anda bisa duduk santai di pendopo sanbil menikmati bangunan sekeliling yang didominasi bahan batu, atau berdiri di jembatan kecil sambil menikmati indahnya sungai yang mengalir di bawahnya.

Saat hendak pulang, jangan lupa mengambil air sendang dengan cara menuju keran-keran air yang terdapat di sisi kanan sungai. Membawa pulang air sendang dan meminumnya, dipercaya dapat mendatangkan berkah. Dengan membawa air sendang itu, tentu perenungan dan permohonan yang disampaikan selama ibadah akan lebih komplit.

Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Photo: Sigit Nugroho
Artistik: Agung Sulistiono Mabruron
Copyright © 2006 YogYES.COM

Sumber: www.yogyes.com

Suroloyo

Puncak Suroloyo, Meneropong Borobudur dari Pertapaan Sultan Agung

  • Puncak Suroloyo (4)

Matahari muncul dalam warna kemerahan kurang lebih pada pukul 5.00 WIB, menyembul di antara ranting pohon yang berwarna hijau. Sinarnya membuat langit terbagi dalam tiga warna utama, biru, jingga dan kuning. Serentak saat warna langit mulai terbagi, sekelompok burung berwarna hitam mulai meramaikan angkasa dan membuat suara serangga tanah yang semula kencang perlahan melirih.

Empat gunung besar di Pulau Jawa, yaitu Merapi, Merbabu, Sumbing dan Sindoro menyembul di antara kabut putih. Ketebalan kabut putih itu tampak seperti ombak yang menenggelamkan daratan hingga yang tersisa hanya sawah yang membentuk susunan tapak siring dan pepohonan yang terletak di dataran yang lebih tinggi. Dari balik kabut putih itu pula, stupa puncak Candi Borobudur yang tampak berwarna hitam muncul di permukaan lautan kabut.

Itulah pemandangan yang bisa dilihat saat fajar ketika berdiri di Puncak Suroloyo, buykit tertinggi di Pegunungan Menoreh yang berada pada 1.091 meter di atas permukaan laut. Untuk menikmatinya, anda harus melewati jalan berkelok tajam serta menakhlukkan tanjakan yang cukup curam, dan memulai perjalanan setidaknya pada pukul 2 dini hari. Dua jalur bisa dipilih, pertama rute Jalan Godean - Sentolo - Kalibawang dan kedua rute Jalan Magelang - Pasar Muntilan - Kalibawang. Rute pertama lebih baik dipilih karena akan membawa anda lebih cepat sampai. Tentu anda mesti berada dalam kondisi fisik prima, demikian juga kendaraan yang mesti berisi bahan bakar penuh serta bila perlu membawa ban cadangan.

Setelah berjalan kurang lebih 40 km, anda akan menemui papan penunjuk ke arah Sendang Sono. Anda bisa berbelok ke kiri untuk menuju Puncak Suroloyo, namun disarankan anda berjalan terus dahulu sejauh 500 meter hingga menemui pertigaan kecil dan berbelok ke kiri karena jalannya lebih halus. Dari situ, anda masih harus menanjak lagi sejauh 15 km untuk menuju Puncak Suroloyo. Sebuah perjalanan yang melelahkan memang, namun terbayar dengan keindahan pemandangan yang dapat dilihat.

Pertanda anda telah sampai di bukit Suroloyo adalah terlihatnya tiga buah gardu pandang yang juga dikenal dengan istilah pertapaan, yang masing-masing bernama Suroloyo, Sariloyo dan Kaendran. Suroloyo adalah pertapaan yang pertama kali dijumpai, bisa dijangkau dengan berjalan kaki menaiki 286 anak tangga dengan kemiringan 300 - 600. Dari puncak, anda bisa melihat Candi Borobudur dengan lebih jelas, Gunung Merapi dan Merbabu, serta pemandangan kota Magelang bila kabut tak menutupi.

Pertapaan Suroloyo merupakan yang paling legendaris. Menurut cerita, di pertapaan inilah Raden Mas Rangsang yang kemudian bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo bertapa untuk menjalankan wangsit yang datang padanya. Dalam kitab Cabolek karya Ngabehi Yosodipuro yang ditulis pada abad 18, Sultan Agung mendapat dua wangsit, pertama bahwa ia akan menjadi penguasa tanah Jawa sehingga mendorongnya berjalan ke arah barat Kotagede hingga sampai di Pegunungan Menoreh, keduia bahwa ia harus melakuykan tapa kesatrian agar bisa menjadi penguasa.

Menuju pertapaan lain, anda akan melihat pemandangan yang berbeda pula. Di puncak Sariloyo yang terletak 200 meter barat pertapaan Suroloyo, anda akan melihat Gunung Sumbing dan Sindoro dengan lebih jelas. Sebelum mencapai pertapaan itu, anda bisa melihat tugu pembatas propinsi DIY dengan Jawa Tengah yang berdiri di tanah datar Tegal Kepanasan. Dari pertapaan Sariloyo, bila berjalan 250 meter dan naik ke pertapaan Kaendran, anda akan dapat melihat pemandangan kota Kulon Progo dan keindahan panati Glagah.

Usai melihat pemandangan di ketiga pertapaan, anda bisa berkeliling wilayah Puncak Suroloyo dan melihat aktivitas penduduk di pagi hari. Biasanya, mulai sekitar pukul 5 pagi penduduk sudah berangkat ke sawah sambil menghisap rokok linting. Bila anda berjalan di dekat para penduduk itu, aroma sedap kemenyan akan menyapa indra penciuman sebab kebanyakan pria yang merokok mencampur tembakau linting dengan kemenyan untuk menyedapkan aroma.

Selain memiliki pemandangan yang mengagumkan, Puncak Suroloyo juga menyimpan mitos. Puncak ini diyakini sebagai kiblat pancering bumi (pusat dari empat penjuru) di tanah Jawa. Masyarakat setempat percaya bahwa puncak ini adalah pertemuan dua garis yang ditarik dari utara ke selatan dan dari arah barat ke timur Pulau Jawa. Dengan mitos, sejarah beserta pemandangan alamnya, tentu tempat ini sangat tepat untuk dikunjungi pada hari pertama di tahun baru.

Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Artistik: Agung Sulistiono Mabruron
Copyright © 2006 YogYES.COM

Sumber: www.yogyes.com

Gunung Kemukus

Gunung Kemukus

Gunung Kemukus

Gunung Kemukus

Objek Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro yang lebih dikenal dengan sebutan “GUNUNG KEMUKUS” selalu menarik untuk diulas. Hal yang menjadikan objek wisata ini menarik adalah pandangan pro dan kontra tentang Makam Pangeran Samudro itu sendiri dan kisah yang beredar di tengah masyarakat. Ada 2 (dua) paradigma yang berkembang di tengah-tengah masyarakat tentang Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus. Pertama, adanya keyakinan di sebagian masyarakat bahwa apabila ingin ngalap berkah atau permohonannya terkabul, maka orang yang datang ke Makam Pangeran Samudro harus melakukan ritual berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan suami atau istrinya selama 7 (tujuh) kali dalam satu lapan ( 1 lapan = 35 hari).

Paradigma negatif ini perlu diluruskan agar para peziarah tidak terjebak dalam paradigma dan kepercayaan yang keliru. Setiap peziarah atau pengunjung yang menginginkan permohonan atau keinginannya terkabul haruslah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan berdoa dan berusaha di jalan yang benar. Singkatnya, paradigma negatif yang berkembang di tengah masyarakat tersebut tidak benar adanya.
Kedua, berziarah ke Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus adalah suatu kegiatan ritual yang mengandung nilai keutamaan dengan mengingat jasa dan keluhuran jiwa dari figur yang diziarahi. Dengan berziarah di tempat tersebut, manusia diharapkan untuk selalu ingat akan kematian sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu berbuat kebaikan sesuai dengan keluhuran jiwa dan teladan dari figur yang diziarahi.

Informasi Umum
Secara administratif, Obyek Wisata Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Secara geografis, Objek Wisata Gunung Kemukus terletak sekitar ± 29 km di sebelah utara kota Solo. Dari Sragen sekitar 34 km ke arah utara. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Dari kota Sragen dapat ditempuh selama ± 45 menit dengan kendaraan bermotor melewati jalan Sragen – Pungkruk/Sidoharjo – Tanon – Sumberlawang/Gemolong – Gunung Kemukus.
Dari kota Solo dapat menggunakan kendaraan bermotor selama ± 30 menit, melewati jalan Solo – Purwodadi turun di Barong kemudian menuju Gunung Kemukus dengan perahu menyeberangi Waduk Kedung Ombo.

Kawasan Gunung Kemukus merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Dengan dibangunnya Waduk Kedung Ombo menjadikan Makam Pangeran Samudro berada di atas bukit yang menjorok ke tengah Waduk Kedung Ombo. Oleh karena itu, Obyek Wisata Gunung Kemukus juga merupakan salah satu objek wisata tirta di Kabupaten Sragen. Komplek Makam Pangeran Samudro adalah Obyek Wisata Budaya di Kabupaten Sragen. Kawasan tersebut terdiri dari :

  1. Bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan dinding batu bata dan bagian atas berdinding kayu papan. Didalamnya terdapat tiga makam. Satu buah makam besar yang ditutupi kain selambu adalah makam Pangeran Samudro dan R.Ay. Ontrowulan. Sedangkan dua makam lainnya adalah makam dua abdi setia Pangeran Samudro yang selalu mengikuti beliau kemanapun pergi.
  2. Di sebelah kanan makam terdapat sendang (sumber air) yang bernama “Sendang Ontrowulan”. Sendang tersebut merupakan tempat bersuci R.Ay. Ontrowulan ketika akan menemui putranya yang sudah meninggal. Air sendang tersebut dikenal tidak pernah habis, bahkan di musim kemarau sekalipun.

Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus
Teladan Terakhir Anak Raja Majapahit

“Barang siapa berhasrat atau punya tujuan untuk hal yang dikehendaki maka untuk mencapainya harus dengan kesungguhan, mantap, dengan hati yang suci. Harus konsentrasi pada yang dikehendaki, dekatkan keinginan, seakan-akan seperti menuju ke tempat yang disayanginya atau kesenangannya.”

Dalam selimut kabut tipis di tengah belantara, suatu pagi, tujuh abad silam, pesan itu meluncur dari bibir Pangeran Samudro. Bias cahaya lembut meliputi rona sang pangeran yang terbaring lemah. Beberapa orang dengan pakaian Kejawen bersimpuh mengelilingi tubuh yang sakit itu. Mata mereka berkaca-kaca. Mereka sadar sedang menyimak kata-kata penghabisan. Pesan itu terucap lamat. Kemudian senyap. Mengirim tanda tentang berakhirnya sebuah kehidupan.
Konon, itulah wejangan terakhir Pangeran Samudro, sesaat menjelang ia mangkat. Para pengikut Samudro kemudian mendirikan pemukiman. Letaknya tak jauh dari jasad sang Pangeran yang dimakamkan di sebuah bukit –dan kemudian disebut Gunung Kemukus. Dukuh Samudro, nama pemukiman itu, terletak beberapa puluh meter di bawah lokasi makam. Para pengikut Samudro pun patuh melaksanakan wasiat terakhir junjungannya itu. Kisah-kisah keteladanan sang pangeran lalu terpatri hingga ratusan tahun, sengaja diwariskan turun temurun oleh penduduk Dukuh Samudro. Di Kemukus, nasihat Pangeran Samudro agar senantiasa bersungguh hati dalam mencapai kebaikan terus lestari dan ditularkan kepada siapa saja.
Obyek wisata Gunung Kemukus merupakan wisata spiritual dan banyak didatangi para pengunjung dari berbagai daerah untuk berziarah. Menghirup udara yang segar, atau sekadar berjalan-jalan di bawah kerindangan pohon-pohon langka berumur ratusan tahun merupakan satu pesona tersendiri. Secara administratif, Gunung Kemukus dan Dukuh Samudro kini masuk wilayah Kecamatan Miri, sekitar 25 kilometer dari pusat Kabupaten Sragen.
Memasuki Dukuh Samudro di lereng Kemukus, pengunjung akan menjumpai berbagai aktivitas khas warga pedesaan. Proyek Waduk Kedung Ombo yang diresmikan pada 1990 menyebabkan bukit Kemukus kini dikelilingi oleh air. Dari kejauhan terlihat seperti bukit di tengah telaga. Jika debit air sedang tinggi, pengunjung harus menyeberang dengan menggunakan perahu atau rakit yang disediakan penduduk.
Menuju kompleks makam di puncak bukit, jalanan agak menanjak. Di sini terhampar titian tangga beton berundak menuju makam. Di bukit ini, kerimbunan pohon berjenis langka tumbuh dengan ukuran raksasa. Hutan di Kemukus masih terjaga. Suasana pun menjadi menyenangkan, teduh dan segar, sesekali terdengar kicauan burung hutan.
Kompleks makam Pangeran Samudro itu sederhana saja. Nisan antik dengan ornamen khas Jawa nampak menghiasi pusara. Kain kelambu putih menyelubungi pucuk-pucuk nisan. Lingkungan yang terjaga kebersihannya membuat kompleks makam jauh dari kesan menakutkan. Meskipun demikian, aura kharismatik tetap memancar dari kompleks makam tersebut.
Untuk melindungi makam dari perubahan cuaca, sebuah bangunan beratap joglo didirikan. Di bawah naungan joglo itulah para peziarah biasanya duduk bersila melantunkan doa. Bagi penduduk setempat dan juga peziarah, memandang nisan antik di pusara dapat mengingatkan beribu kisah tentang kearifan dan kesederhanaan Pangeran Samudro.

Anak Raja Terakhir Majapahit
Pangeran Samudro adalah salah satu anak penguasa terakhir kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-13. Kerajaan yang berpusat di Jawa Timur itu wilayah kekuasaannya meliputi kepulauan Indonesia dan membentang hingga bagian selatan India.
Tak lama setelah Islam masuk ke Indonesia, Majapahit pun runtuh. Samudro, pemuda umur 18 tahun –waktu itu, enggan melarikan diri sebagaimana dilakukan banyak kerabatnya. Ia justru menanggalkan pangkat dan memilih menjadi pandita. Berguru tentang agama yang baru datang ke tanah Jawa itu; Islam, kepada Sunan Kalijaga,ulama besar yang tinggal di Kesultanan Demak.
Usai berlajar di bawah bimbingan wali penyebar Islam itu, Samudro melanglang negeri turut menyiarkan risalah Islam. Selain menyebarkan agama Islam, Samudro juga menemui sisa-sisa dinasti Majapahit yang tercerai berai, mengajak mereka bergabung ke dalam payung Kesultanan Demak.
Namun, di tengah ekspedisi tersebut, Samudro mendadak jatuh sakit dan meninggal. Pangeran Samudro akhirnya dimakamkan di sebuah bukit yang terletak tak jauh dari lokasi ia wafat. Oleh pengikutnya, tempat Pangeran Samudro meninggal didirikan sebuah desa dan dinamakan Dukuh Samudro.
Konon, terjadi fenomena alam yang aneh sepeninggal Pangeran Samudro. Asap hitam (dalam bahasa Jawa diistilahkan kukus) menyelimuti bukit tempat makam Pangeran Samudro. Fenomena itu terjadi setiap menjelang pergantian musim. Oleh penduduk dan pengikut Pangeran Samudro, bukit itu lalu dinamakan Gunung Kemukus.
Syahdan, ibu Pangeran Samudra, Raden Ayu Ontrowulan sangat bersedih mendengar kematian putra semata wayangnya. Ia pun menyusul ke Kemukus dan mensucikan diri dengan air dari telaga kecil yang letaknya tak jauh dari makam. Ontrowulan lalu berdoa tanpa henti agar dapat dipertemukan dengan Pangeran Samudro. Menurut legenda yang dipercaya penduduk setempat, tubuh Ontrowulan tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak.
Penduduk percaya hal tersebut disebabkan Ontrowulan berdoa dengan sepenuh hati diserta jiwa raga yang sudah suci. Orang Jawa menyebut kejadian itu sebagai muksa. Telaga tempat muksa itu lalu dinamakan sendang Ontrowulan.

Jejak Pertemuan Budaya Jawa dan Islam
Anak keturunan pengikut Pangeran Samudro mempercayai kawasan Gunung Kemukus sebagai lokasi sakral untuk berdoa bersama. Setiap Kamis malam menjelang Jumat Pon dan Jumat Kliwon dalam kalender Jawa selalu digelar doa tahlil bersama. Acara itu juga digunakan untuk memperingati penemuan pusaka Kotang Ontokusumo oleh Sri Sultan Demak. Tradisi itu terus dipertahankan hingga kini. Pada hari-hari tersebut pengunjung yang berziarah dan berdoa datang membludak. Pentas wayang kulit digelar semalam suntuk untuk mengajak berbuat baik.
Ritual yang paling ramai dan diminati pengunjung adalah upacara di bulan Syuro bulan pertama dalam penanggalan Jawa, yang bertepatan dengan dimulainya bulan Muharram dalam kalender Islam. Tiap Kamis malam diadakan pentas wayang kulit semalam suntuk. Sedangkan pada hari Kamis di pekan pertama bulan Syuro digelar tradisi larap slambu yang merupakan ritual pencucian kain penutup makam Pangeran Samudro. Ritual ini dipercaya memberi berkah bagi pengunjung yang memanfaatkan air bekas cucian slambu dan potongan kain slambunya.
Saat ritual Larap Slambu , para bangsawan Kraton Surakarta bisanya turut menghadirinya. Mereka berbusana tradisional Jawa. Pada hari itu wisatawan dapat menjumpai ornamen dan pakaian tradisional Jawa, prajurit dengan senjata khas kraton kuno di setiap sudut Kemukus. Nuansa tradisional Jawa sangat terasa pada ritual Larap Slambu itu.

Yang tak kalah menarik adalah mengamati pola kehidupan, kebudayaan, dan kepercayaan yang berlangsung dalam masyarakat kawasan Gunung Kemukus. Di kawasan tersebut bakal ditemui jejak-jejak perjumpaan antara tradisi Jawa Hindu dan Islam. Lengkap dengan berbagai legenda dan artefak bersejarah yang tersisa. Niscaya, dari aspek antropologi, para pengunjung akan menemui kesan eksotis ketika berada di kawasan itu.

Fasilitas Pengunjung
Musholla
Kamar kecil
Tempat Parkir
Tempat penitipan
Petugas Ketertiban/Keamanan
Ruang Informasi

Sumber: www.potlot-adventure.com

Berkawan dengan Goa Seplawan

Berkawan dengan Goa Seplawan

goa-seplawanSebagai daerah tujuan wisata, nama Gua Seplawan yang terletak di desa Denorejo, Kali Gesing, Purworejo, Jawa Tengah belum terlalu dikenal luas. Padahal, gua yang terletak di sebuah bukit dengan ketinggian 700 meter diatas permukaan laut itu punya daya tarik sendiri. Menempuh waktu sekitar 2 jam dari Purworejo, begitu datang di sekitar kawasan gua Sepelawan, kita akan disambut panorama yang indah.

Bagi yang mau menikmati pemandangan, silahkan menikmati dulu, tapi buang yang ingin langsung masuk ke dalam gua, seperti reporter kita Seno. Waah jalan masuknya saja seperti di film film petualangan.

Nah untungnya sudah ada tangga yang tersedia disini buat pengunjung. Jangan sampai juga nih ke sini gak ditemani mbah Sukanto sang pamndu yang ikut menemukan kegeradaan gua ini pada tahun 1979.

Karena selain lampu sebagai penerang jalan, bakal dinyalakan, kita juga bisa tanya soal gua yang digolongkan sebagai situs prasejarah ini, termasuk penemuan arca emas dewo Shiwa dan Dewi Sekarwati.

Gua yang terbentuk secara alami ini indah banget lho, banyak ornamen bebatuan gua yang bisa dinikmati seperti stalaktit dan stalaknit. Tapi kalau kesini sebaiknya bersiap untuk melakukan petualangan.

Seno gak nyangka tuh harus menyeberangi sungai. Gua Sepelawan memang dialiri sejumlah sungai dangkal, jadi alas kaki sebaiknya yang memang untuk menjelajah gua.

Tapi kalau lihat medangnya yang sebetulnya gak perlu peralatan khusus, mungkin memang lebih enak nyeker ya seperti Mbah Sukanto dan Seno tuh!.

Menurut mbah Sukamto, gua ini relatif aman, yang penting hati hati, dan kalau mau masuk gua, koordinasi dulu dengan penjaga gua. Jangan nyelonong langsung aja main masuk.

Sayang neh kalau kesini gak foto foto, tuh kayak Seno, asyik motret motret. Tapi yang difoto kok dinding guanya doang….Nah selain dihiasi aneka ornamen berupa guratan didindingnya dan stalaknit serta stalaktit, suka juga yang datang untuk keperluan ritual.

Sayangnya wisatawan yang datang masih sedikit, itupun kebanyakan tahunya dari mulut ke mulut. Seperti mas Gendut yang tinggal di Yogyakarta ini. Seperti kebanyakan orang, ia pun datang ke mari bersama teman temannya.

Wah kalau sudah begini neh, sebaiknya pemerintah setempat cepat bergerak untuk gencar mempromosikan dan membenahi gua sepelawan, supaya jadi objek wisata unggulan.

Sumber: Indosiar.com

Candi Borobudur

Candi Borobudur


Candi Borobudur

Candi Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Nama Borobudur
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudurborobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi. berasal dari ucapan “para Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan, pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga sekitar 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.

Struktur Borobudur

Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.

Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau “nafsu rendah”. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.

Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.

Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini, diduga dulu ada sebuah patung penggambaran Adibuddha. Patung yang diduga berasal dari stupa terbesar ini kini diletakkan dalam sebuah museum arkeologi, beberapa ratus meter dari candi Borobudur. Patung ini dikenal dengan nama unfinished Buddha.

Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.

Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala

Relief

Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang wiracaritaRamayana. Ada pula relief-relief cerita j?taka.

Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur disetiap tingkatnya, mulainya disebelah kiri dan berakhir disebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Tahapan pembangunan Borobudur

* Tahap pertama

Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.

* Tahap kedua

Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.

* Tahap ketiga

Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.

* Tahap keempat

Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.
Penemuan dan pemugaran Borobudur
Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

* 1873 – monografi pertama tentang candi diterbitkan.

* 1900 – pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.

* 1907 – Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.

* 1926 – Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.

* 1956 – pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.

* 1963 – pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.

* 1968 – pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.

* 1971 – pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
* 1972 – International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.

* 10 Agustus 1973 – Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984

* 21 Januari 1985 – terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali.

* 1991 – Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.

arca-budha-borobudurSebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, Candi Borobudur dibangun dengan menggunakan +/- 55.000 m3 batu. Tinggi bangunan ini sampai kepuncak adalah 42m, dengan lebar dasar 123 m. Tegak dan kokoh menjulang keangkasa dan merupakan bagian dari sejarah yang telah berumur 12 abad. Kapan pastinya candi ini didirikan tidak diketahui dengan pasti. Tidak adanya bukti-bukti tertulis menyebabkan Borobudur penuh kegelapan. Penentuan umur dilakukan dengan memperhatikan dasar corak bangunan candi dan ukir-ukirannya yang menunjukkan corak Jawa tengah abad 8 masehi.

Sejak dibangun pada abad ke 8, sejarah borobudur timbul tenggelam. Setelah selesai dibangun, borobudur menjadi pusat penelitian dan pemngembangan agama budha. Para pemeluk agama ini, mengunjungi Borobudur untuk mempelajari agama budha. Seluruh rangkaian relief borobudur berisi ajaran-ajaran agama budha. Pada jaman itu bangunan borobudur menjadi pusat perhatian dan dipuja sebagai bangunan yang suci.

Namun itu tidak berlangsung lama. Bersamaan dengan surutnya agama budha, borobudur ditinggal para pemeluknya. Setelah dinasti Cailendra (Caila=gunung, Indra=raja) lenyap, borobudur tak ada kabar beritanya. Berabad-abad borobudur tertutup kegelapan. Tidak ada tulisan ataupun berita tentang borobudur.

Arsitektur candi Borobudur memang sangat menarik, terdiri dari tiga bagian utama yakni kaki, badan dan kepala candi. Pada dinding-dinding borobudur terpahat relief-relief. Relief merupakan rangkaian cerita yang dilukiskan dalam satu bingkai (panel) untuk satu adegan. Terdapat ribuan bingkai pada candi ini ditambah dengan ratusan patung budha yang terdapat dalam stupa-stupa maupun relung-relung yang ada pada bagian dinding candi.

Sumber: www.potlot-adventure.com

Kawasan Geger Menjangan

Kawasan Geger Menjangan

geger-menjangan

Kawasan Geger Menjangan merupakan kawasan wisata alam, obyek utama yang banyak dinimkati pengunjung adalah keindahan Kota Purworejo dan Pantai Selatan dipandang dari ketinggian puncak bukit. Selain itu, kawasan Geger Menjangan masih menawarkan beberapa obyek rekreasi lainnya, yaitu taman permainan anak, kolam renang dan meja bilyard. Kolam renang dan taman pemancingan terletak di pintu masuk kawasan. Sedang meja bilyard berada di puncak bukit. Suguhan yang lebih dikhususkan untuk kawula muda adalah arena minicross, panjat tebing dan lokasi berbagai pertunjukan umum. Arena minicross berupa lahan cukup luas dengan kontur tanah yang sangat menantang.

Di lokasi tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pertunjukan umum. Sedang panjat tebih telah dibuat secara permanen dengan konstruksi baja berketinggian 15 meter. Memandang keindahan panorama alam dari ketinggian itulah yang ditawarkan kawasan tersebut. Keindahan yang dapat dinikmati dengan biaya yang sangat murah dan mudah dijangkau. Keindahan panorama memang merupakan obyek pokok yang banyak disukai masyarakat, terutama para remaja. Untuk dapat menikmati indahnya panorama tersebut, pengunjung ditantang untuk berolah raga jalan kaki sejaun 1.800 m menyusuri jalan setapak yang telah dibangun dengan paving block.

Perjalanan dari pintu masuk obyek hingga puncak bukit memang cukup mengasyikkan. Wisatawan ditantang untuk membuktikan kehandalan tenaga dengan mendaki bukit yang tingginya sekitar 175 m di atas permukaan laun. Setelah sampai di puncak, wisatawan akan menemukan sebuah bangunan berukuran 6 x 10 meter, itulah gardu pemanfangan yang sengaja dibangun untuk menikmati keindahan Kota Purworejo dan Pantai Selatan. Keindahan tersebut akan menikmati secara lebih sempurna dikala cuaca cerah. Satu lagi tempat yang menarik di Kawasan Geger Menjangan adalah sebuah makam tua yakni makan Kyai Imam Puro. Konon merupakan cerita Kyai tersebut merupakan salah satu tokoh yang besar andilnya bagi keberadaan Kabupaten Purworejo. Bahkan karena besarnya andil Kyai Imam Puro, sampai-sampai sejarahnya pernah ditawarkan menjadi tonggak hari jadi Kabupaten Purworejo. Lokasi taman wisata Geger Menjangan terletak di timur laut Kota Purworejo. Masuk dalam wilayah Kelurahan Baledono Kabupaten Purworejo. Jaraknya hanya satu kilometer dari pusat kota. Tidak perlu kendaran angkutan umum untuk mencapainya. Dengan berjalan kaki justru terasa lebih nikmat. Sayangnya, kawasan seluas 20 hektar tersebut hingga kini masih ada kendala. Panduan tentang pola pengembangannya telah ada, berupa rencana tapak kawasan lengkap dengan berbagai programnya. Juga sudah ditetapkan dalam rencana umum tata ruang kota (RUTRK) dan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Akan tetapi belum ada investor yang dengan sungguh0sungguh berani menanamkan modalnya untuk membuka usaha di kawasan ini.

Untuk mencapai ke sana bisa naik angkutan jurusan Kalibata, jalan yang arah ke Magelang, dekat dengan pusat kota kabupaten.

Sumber: www.potlot-adventure.com

Goa Kiskenda, Pesona Alam Bukit Menoreh

Goa Kiskenda, Pesona Alam Bukit Menoreh

goa-kiskenda

Jika Anda penggemar berat cerita pewayangan, tidaklah lengkap bila belum berkunjung ke Goa Kiskenda. Goa Kiskenda merupakan obyek wisata alam di pegunungan menoreh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Goa ini tepatnya terletak di Desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, bagian barat Daerah Istimewa Yogyakarta. Ruang bumi bentukan alam terletak pada ketinggian 1000 m diatas permukaan laut itu, berjarak sekitar 35 km dari kota Yogyakarta.

Bagi wisatawan yang ingin menuju lokasi perlu membawa kendaraan sendiri atau menyewa mobil, karena angkutan umum yang memadai belum tersedia.

Salah satu rute menuju Goa Kiskenda, yakni dari perempatan tugu Yogyakarta ambil jalan kearah barat menuju Kota Godean. Sampai Kota Godean, teruskan perjalanan menuju wilayah Kenteng, dan lanjutkan ke barat hingga membelah pegunungan menoreh.

Bila anda bertolak dari keraton Yogyakarta, perjalanan bisa ditempuh melalui jalan kearah kota kecil Wates. Sampai di Sentolo ambil jalan ke arah kanan menuju Dekso/Magelang/Muntilan. Kurang lebih tujuh kilometer dari situ anda akan tiba di desa Janti. Anda tinggal ikuti rambu lalu lintas menuju ke Goa Kiskenda.

Pada rute terakhir mendekati lokasi, perjalanan tidak akan mengecewakan. Jalan aspal yang mulus plus pemandangan kiri kanan penuh perbukitan dan jurang terjal hijau memanjakan mata yang menikmati perjalanan wisata. Dalam titik-titik perjalanan kita juga dapat melihat hamparan sawah hijau dan indahnya kota Yogyakarta dari bukit menoreh, ditambah suasana hutan dengan suara khas berbagai binatang.

Meski angkutan umum menuju lokasi belum memadai, namun di lokasi goa, terdapat fasilitas yang mencukupi, yakni taman parkir yang luas, taman bermain untuk anak-anak, dan lokasi untuk berkemah.

Sebelum mencapai mulut goa, pengunjung kali ini harus menempuh anak tangga menjorok ke dalam jurang. Sampai di pelataran goa pengunjung akan disambut relief pertarungan antara Subali dan kedua raksasa penjaga goa. Tak jauh dari mulut goa terdapat pohon besar yang mungkin sudah seusia goa tersebut.

Untuk masuk kedalam goa, kembali, pengunjung harus menuruni anak tangga yang cukup terjal. Suasana di dalam goa begitu dingin, ditambah iringan tetesan air dari langit-langit dengan stalaktit ratusan tahun membuat suasana kuno dan tua semakin kuat. Sementara dari dasar bumi mencuat stalakmit yang tak kalah runcing dari stalaktit.

Di dasar goa air bersih mengalir dari sela-sela rekahan dinding, bahkan setelah masuk di kedalaman tertentu terdengar gemuruh air, menunjukkan derasnya aliran air yang menembus dari salah satu dinding goa.

Menurut legenda cerita pewayangan, alkisah di dalam goa ini akan terjadi peperangan antara Sugriwa (kera merah) dan Subali (kera putih) melawan Mahesasura (raksasa berkepala kerbau) dan Lembusura (raksasa berkepala sapi) sebagai penghuni goa.

Namun, kakak beradik Sugriwa dan Subali sepakat bahwa Subali yang akan masuk ke dalam gua melawan dua raksasa, sedangkan Sugriwa diminta menjaga pintu gua dimana terdapat air mengalir dari dalam mulut gua.

Subali berpesan kepada sang adik, jika air sungai mengalir darah merah maka Subali lah yang menang, dan jika mengalir darah putih maka sebaliknya Subali yang menuai kekalahan dan mulut gua harus segera ditutup agar para raksasa juga ikut mati di dalam gua.

Dalam cerita tersebut air yang mengalir ternyata berwarna merah dan putih. Sugriwa berkesimpulan bahwa pertempuran di dalam gua terjadi sampyuh atau mati keduanya, maka gua pun ditutup oleh Sugriwa karena dianggap tidak ada gunanya lagi.

Padahal yang terjadi di dalam gua, awal pertempuran memang berimbang dan kedua belah pihak terjadi luka sehingga mengalirkan darah merah dan putih. Namun berkat kesaktian kera putih, kedua raksasa dapat ditaklukkan. Ketika Subali akan keluar dari gua, dia panik karena pintu gua telah ditutup. Akhirnya dengan kekuatannya kera putih itu menerobos atap gua dan berhasil keluar. Sehingga di dalam gua Kiskenda, pengunjung dapat menyaksikan lubang yang menyembul ke permukaan perbukitan.

Untuk memudahkan pengunjung menikmati stalagtit dan stalakmit yang mempesona, pengelola telah memasang penerangan di dalam gua. Tata lampu membuat pencahayaan mampu membangkitkan suasana khidmat kepada pengunjung. Sementara efek pencahayaan dan atmosfer gua bagi pecinta wayang bisa jadi menyeret mereka dalam kisah pertempuran kera putih melawan Mahesasura dan Lembusura./yto/it

Sumber: Republika Online

Candi Prambanan, Candi Hindu Tercantik di Dunia

Candi Prambanan, Candi Hindu Tercantik di Dunia


candi-prambananCandi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Prambanan di Malam Hari

Prambanan di Malam Hari

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit’ atau ‘bersinar’, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.

Sumber: http://www.yogyes.com

PUNCAK MENOREH

Bukit Menoreh adalah daerah perbukitan yang membentang di wilayah utara Kabupaten Kulon Progo, sebagai batas antara kabupaten tersebut dengan Kabupaten Purworejo di sebelah barat dan Kabupaten Magelang di sebelah utara. Bukit Menoreh adalah basis pertahanan Pangeran Diponegoro bersama para pengikutnya dalam berperang melawan Belanda. Bahkan salah satu putera beliau bernama Bagus Singlon atau yang juga terkenal dengan Raden Mas Sodewo (putera Pangeran Diponegoro dengan R.Ay. Mangkorowati) ikut juga melawan Belanda di wilayah ini. Raden Mas Sodewo atau Ki Sodewo bertempur di wilayah Kulon Progo mulai dari pesisir selatan sampai ke Bagelen dan Samigaluh.

Pegunungan Menoreh merupakan kawasan yang secara adminsitratif terletak di Kabupaten Magelang dan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah dan Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Jogjakarta. Kawasan Menoreh adalah daerah yang membentuk ekosistem yang khas yang menjadi sumber kehidupan mahluk hidup, diantaranya adalah manusia.
Kawasan ini merupakan kawasan karst yang rentan bencana dan sebagai penyangga benda cagar budaya, salah satunya Candi Borobudur yang termasuk 7 keajaiban dunia.

Untuk menuju ke lokasi Bukit Menoreh dapat di tempuh dari arah Yogyakarta maupun arah Muntilan. Lokasi kali ini yang aku kunjungi terletak di daerah Candirejo, Kab. Magelang.

djogjakarta30

djogjakarta1

djogjakarta2

Jalan menuju puncak masih dari batu-batu yang disusun rapi, pohon-pohon menambah keaslian pegunungan

djogjakarta3
djogjakarta4

Pemandangan saat dipertengahan sebelum mencapai puncak

djogjakarta5

Jalan menuju ke perumahan penduduk

djogjakarta6
djogjakarta7

djogjakarta26

Jalan menuju bukit ada sebagian yang sudah dibuat bagus sehingga memudahkan untuk naiknya.
dgojakarta8
djogjakarta9
djogjakarta10
djogjakarta11
djogjakarta12

Pemandangan dari puncak menoreh
djogjakarta13

djogjakarta20

Ni Puncak yang lebih tinggi lagi, tetapi jalan kesananya lebih susah, karena sudah mau hujan rencana kesana aku batalkan.

djogjakarta22

Ini Jalan menuju kepuncat seperti gambar sebelumnya.

djogjakarta14
djogjakarta15
djogjakarta16

Salah satu batu yang sudah ada penamaannya

djogjakarta17
djogjakarta18

Sumber: http://djogjakarta.blogdetik.com